Oleh : Syamsul Qodri Al-Falaky
Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan
Dan tahukah kamu Apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin
Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) Kesejahteraan sampai terbit fajar.
*******
I
Kitab Suci Al-Qur'an yang sebagai Pedoman Hidup bagi umat Islam sean tero dunia, adalah Kitab Suci yang diturunkan dalam Bulan suci, Bulan Ramadhan yang penuh barokah. Hal ini diberitakan oleh al-Qur'an itu sendiri (S.Al-baqoroh :185).
Menurut Al-ma'warodi, dari Ibnu 'Abbas ra, Al-qur'an turun secara global dan satu kali gus -dari Lauh al-mahfudz ke malaikat Kirom Al-Katibin ( di langit dunia). Kemudian malaikat Kirom Al-katibien secara berangsur meng-imlakan (membacakan ) nya kepada Jibriel selama 20 tahun. Dan Jibril menyam paikannya secara berangsur kepada N. Muhammad SAW selama 20 tahun.Namun pendapat yang demikian dibantah keras oleh Ibnul 'Arobi, "Pendapat ini adalah pendapat yang bathil,antara Jibril dan Alloh tidak ada perantara,dan tidak ada perantara antara Jibril dan Nabi Muham mad SAW",katanya. Maksudnya, Alloh menurunkan Al-Qur'an secara langsung kepada Jibril, demikian halnya Jibril kepada N. Muhammad SAW.
Sebagian besar para Mufassir berpendapat, bahwa cara turunnya Al-Qur'an adalah sebagai berikut; Dari Lauhmahfudz turun secara Global ke bait 'izzah ( di langit dunia), kemudian oleh Jibril diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW secara rinci, sesuai kebutuhan selama 23 tahun.
Turunnya Al-qur'an secara rinci dimulai dengan Surat Al-'Alaq pada ma lam 17 Ramadhan, dan dikenal dengan nama Malam Nuzulu Al-Qur'an.
Adapun turunnya Al-Qur'an secara Global itu pada malam yang penuh barokah ( Lailah Mubarokah) yang dikenal dengan nama Malam Lailah Al-Qodr,yang terjadi dalam salah satu malam di bulan Ramadlan.
Sebenarnya, kedua malam tersebut merupakan malam yang amat penting dalam Sejarah Al-Qur'an. Tetapi ada maziah yang membedakan antara kedua malam tersebut, sehingga Umat Islam memandang dari titik pandang berbeda.
Malam Nuzulu Al-Qur'an lebih banyak dipandang dari segi sejarah, se-dang malam Lailatu Al-Qodr lebih banyak dipandang dari segi ibadah.
Karena Bulan Romadlon merupakan Bulan Ibadah, maka lailatu al-qodr dalam setiap Ramadhan akan lebih diperhatikan dan dinantikan kedata ngannya oleh setiap muslim, sebab malam itu dianggap sebagai malam yang mulia.
Ada tiga alasan yang menyebabkan malam Lailatu Al-Qodr dianggap se-bagai malam yang mulia.
Pertama, karena Lailatu Al-Qodr lebih baik daripada seribu bulan. Ada diriwayatkan bahwa seorang laki-laki menyandangkan pedang dan berjihad di jalan Alloh selama 1000 bulan, hal itu menjadikan rosululloh SAW dan kaum muslimin merasa heran Beliau berpengharapan untuk -umatnya seraya berdo'a : Tuhanku.....Engkau jadikan umatku berpendek umur dan bersedikit amal. Maka Alloh memberikan Lailatu Al-Qodr kepadanya. " Lailatu Al-Qodr bagimu dan umatmu lebih bagus daripada seribu bulan yang telah dipergunakan untuk berjihad oleh laki-laki itu", demikian kata Alloh.
Kedua, Pada waktu malam Lailatu al-Qodr, para malaikat dan Jibril as tu run ke bumi atas perintah Tuhan karena sesuatu yang telah diqodlo-qodarkan oleh Alloh dalam tahun itu dan tahun depan.
Ketiga,Pada malam Lailatu Al-Qodr, para malaikat menebarkan salam se-
jahtera kepada orang-orang mukmin. Dan Alloh pada malam itu mentak-dirkan yang baik bagi umat manusia.
Meskipun Lailatu Al-Qodr begitu agung dan mulia, tetapi menurut panda ngan saya — mudah2an pandangan yang keliru — ummat Islam kurang
respons terhadap kedatangan Lailatu al-Qodr. Dan saya kurang tahu per sis penyebabnya.
Oleh sebab itu saya berpengharapan tulisan ini dapat menjadi bahan dis kusi pada malam ini, dan akhirnya hasil diskusi dapat menjawab perta nyaan yang selama ini selalu menggeliat dalam hati saya.
II
Mayoritas Umat islam sepakat tanggal 17 Ramadhan sebagai malam Nu-zulu al-Qur'an. Tetapi tidak pernah ada kesepakatan untuk menentukan malam Lailatu al-Qodr.
Ada yang berpendapat bahwa Lailatu Al-Qodr jatuh pada tanggal 21 Ra madlan, ada yang berpendapat tanggal 23 Ramadlan, ada yang berpen dapat tanggal 25 Ramadhan, dan ada pula yang berpendapat lailatu al-qodr selalu saja terjadi pada tanggal 27 Ramadhan.
Meskipun agak ada sedikit keganjilan, menurut Ibnu 'Aroby bahwa lailatu al-qodr selalu ada pada malam 1 Ramadhan, sedangkan Syaich Abil Ha san As-Syadzili berpandangan bahwa Lailatu Al-Qodar jatuh pada malam 17 Ramadhan.
Ada pula yang berpendapat bahwa Lailatu Al-Qodr setiap Ramadlan ber ganti tanggal. Kelompok ini merumuskan sebagai berikut ;
Hari Awal Ramadlan Malam Lailatu Al-Qodr
Jum'at 29 Ramadhan
Sabtu 21 Ramadhan
Ahad 27 Ramadhan
Senin 29 Ramadhan
Selasa 25 Ramadhan
Rabu 27 Ramadhan
Kamis Pada malam ganjil puluhan A khir Ramadhan
Perbedaan pendapat tentang datangnya malam Lailatu Al-Qodr, yang menurut Ibnu Hajar ( dalam Kitab Fatchul Bary) sampai 40 qoul dikarena kan tidak adanya dalil yang menentukan secara pasti. Oleh sebab itu-mereka dengan segala kemampuan yang ada, dan dengan cara yang berbeda , akhirnya dapat merumuskan kapan datangnya Lailatu Al-Qodr.
Memang ada hadist Nabi yang nampaknya menentukan datangnya Lailatu
Al-Qodr. Yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dari Mu'a wiyyah bin Abi Sufyan ra. Rosululloh SAW bersabda : Lailatu Al_Qodr -adalah tanggal duapuluh tujuh.
Tetapi setelah diadakan penelitian, bahwa hadist tersebut adalah termasuk Hadist Mauquf. " Menurut pendapat yang unggul termasuk Hadist Mauquf", demikian komentar Ibnu Hajar Al-Asqolany.
Oleh sebab itu, mas'alah waktu datangnya malam Lailatu Al-Qodr. seba gian besar Ulama merujuk pada hadist riwayat Buchori-Muslim, dari Ibnu 'Umar ra , bahwa beberapa lelaki dari sahabat Nabi dalam tidur mimpi me lihat Lailatu Al-Qodr dalam tujuh hari terakhir ( bukan Ramadhan). Rosulloh SAW bersabda: Kukira mimpi kalian itu tepat, Lailatu Al-Qodr ada dalam tujuh hari terakhir. Barang siapa yang bersungguh men-carinya,maka bersungguhlah dalam mencari lailatu al-qodr pada tujuh hari terakhir.
Ada lagi yang berpenganggapan bahwa datangnya Lailatu Al-Qodr ditan dai dengan tanda-tanda : adanya penampakan segala sesuatu bersujud; adanya semburat cahaya di semua tempat, hingga tempat yang gelap nampak jelas; terdengarnya ucapan salam dari Malaikat, atau berbincang –bincang dengan Malaikat; Dikabulkannya do'a seketika;Pagi harinya nampak matahari terbit berwarna putih tanpa semburat cahaya.
Abu Ja'far Muhammad bin Jarir At_Thobari memberi komentar : Tanda-tanda itu bukanlah suatu ketetapan, bisa jadi Lailatu Al-Qodr dihasilkan tanpa adanya tanda-tanda yang terlihat dan terdengar.
Dengan demikian waktu datangnya malam lailatul Al-Qodr adalah suatu rahasia Alloh SWT. Perahasiaan ini dimaksudkan supaya umat Islam lebih rajin beribadah dalam bulan Ramadhan, khususnya ketika Rama dhan memasuki puluhan yang terachir
" Lailatu Al-Qodr dirahasiakan datangnya, supaya orang mu'min rajin ber-ibadah. Sebagimana dirahasiakannya seorang waliyyulloh di tengah umat mu'min, supaya selalu memuliakan mereka ", demikian kata Al-'Azizi dalam Kitab Thoharotul Qulub.
III
Dalam Shokhih Bukhori-Muslim ada diriwayatkan sebuah hadist dari 'Aisyah ra, Bahwa ketika Romadlon memasuki hari puluhan yang ter-akhir,Rosululloh SAW mengencangkan kain sarungnya, menghidup hidupkan malam hari nya, dan membangunkan keluarganya.
Diceritakan pula dari 'Aisyah ra,Bahwa Nabi Muhammad SAW beri'tikaf dalam malam puluhan terakhir dari bulan Ramadhan sehingga beliau di wafatkan oleh Alloh 'Azza wa Jalla, Kemudian isteri-isterinyapun mela kukan i'tikaf sesudah beliau wafat.
Dan ada diriwayatkan pula dari 'Aisyah ra, ia berkata : aku pernah berta nya : Ya Rosululloh....apa pendapat Tuan, apabila aku tahu adanya Lai latu al-Qodr, apa yang perlu aku baca ?. Sabda Rosululoh SAW : Ucapkanlah " اللهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّيْ" ( Ya Alloh sesungguhnya Engkau adalah Pemaaf yang suka memberi maaf, maafkanlah aku ).
Hadist tersebut memberi penggambaran bagaimana Nabi Muhammad –SAW menyikapi Lailatu Al-Qodr. Meskipun beliau sebagai insan sempur na dan suci dari noda dosa serta merupakan ibadah segala tutur kata dan sikapnya, namun beliau selalu saja cancut tali wanda dalam menanti kedatangan Lailatu Al-Qodr. Sikap beliau seperti itu tidaklah lain dalam rangka ta'lim ( mendidik ) kepada umatnya.
Ada beberapa hal yang dapat dipetik dari hadist tersebut. Antara lain ;
Pertama, Ketika Romadhon ada pada puluhan terakhir, sebaiknya mem-perbanyak I'tikaf ( berdiam diri ) di Masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Alloh SWT.
نَوَيْتُ اْلأِعْتِكَافَ فِيْ هٰذَااْلمَسْجِدِ تَقَرٌّبًا إِلَى اللهِ تَعَالَى
" Saya niat i'tikaf di Masjid ini untuk mendekatkan diri kepada Alloh ta'ala"
Kedua, Ketika Romadlon memasuki puluhan terakhir, memperbanyak amaliah ber-dzikir semisal istighfar, membaca Al-Qur'an, dan sholat su-nat. Karena amaliah yang dilakukan pada malam lailatu Al-Qodr punya nilai lebih baik dari pada 1000 bulan melakukannya dalam selain malam Lailatu Al-Qodr.
Ketiga, menggabungkan keduanya, ya'ni memperbanyak I'tikaf dan dzi kir.
IV
Meskipun tulisan ini belum tuntas habis dalam menjabarkan Lailatu Al-Qodr, namun saya kira sudah cukup untuk membangkitkan hati yang tidak terlalu pulas tidur dan terbuai keindahan mimpi-mimpi duniawi yang semakin memoles diri dengan gincu-gincu kebohongan. Atau menyadarkan pandangan mata yang selalu ditipu dengan endep amun-amun yang selalu saja menampakkan sebagai ombak air di titik pandang yang teramat jauh.
Apabila ada titik kebenaran di balik kata-kata saya, maka dapat dipasti kan ada jawabannya ketika ditanyakan : Apakah untuk menyambut Laila tu Al-Qodr perlu diadakan acara 'ibadah secara ber-jama'ah ?
Sekian.
Daftar Pustaka
1. At-Thobary, Muhammad bin Jarir, Tafsir At-Thobary
Abu Ja'far, Al- Imam.
2. Sabiq, Sayyid, Syaich Fiqhus Sunnah
3. As-Shon'ani, Alyamani, Al-Amir, Subulu As-Salam
Muhammad bin Isma'il, Al-Imam.
4. As-Shobuny, Muhammad Ali. Shofwatu At-Tafasier
5. Al-Qurthuby. Aljami'LihkamilQur'an
.
.
Senin, 09 Februari 2009
Langganan:
Komentar (Atom)
